Kisah Cinta Kahlil Gibran


Kisah Cinta Kahlil Gibran
Disusun oleh: Muhammad Adam Hussein


Kisah Cinta Kahlil Gibran, paling banyak orang yang ingin mengetahuinya, kebetulan saja saya bisa mendapatkan referensinya yang terbilang akurat. Dari Kisah Cinta Kahlil Gibran, kita akan tahu apa yang mendasari Kahlil Gibran menulis puisi dan sajaknya yang begitu mendalam dalam maknanya dan sangat mengharukan untuk diresapi. Puisi dan sajak ataupun jenis sastra lainnya sangat erat dengan kehidupan pribadi penulis atau penciptanya, sehingga karakter karya sastranya bagaikan hidup saat dibaca oleh kita yang menikmati sastra tersebut. Itulah keindahan sastra!   


Kahlil Gibran Sang Pujangga Legendaris
[Klik gambar untuk memperbesar]
Sumber: Net

Di akhir tulisan, saya akan memberikan ulasan, baiklah biar tak memperpanjang kata lagi simak perjalanan kisah cinta Kahlil Gibran ini.

Dalam perjalanan masa muda Kahlil Gibran ada beberapa hal dan peristiwa yang penuh kesdihan, yaitu; rasa cintanya kepada Ibu dan keluarganya, rasa cinta kepada tanah airnya dan hubungan cintanya dengan perempuan-perempuan yang pernah dekat dengan perasaannya, baik dengan kekasih maupun sahabat yang mengerti dirinya. Cinta romantiknya tak pernah menjadi seperti harapannya dan berakhir dengan kesedihan, meski kemudian dia mencoba menjalin cinta kembali dengan beberapa wanita yang amat dekat dan mempengaruhi hidupnya. Sampai akhir hidupnya ia tetap hidup sendiri. Pengalaman ini membuat tutur bahasa Gibran tentang cinta hampir semua bernuansa kesedihan. 


Kahlil Gibran Sang Pujangga Legendaris
[Klik gambar untuk memperbesar]
Sumber: Net


Beberapa perempuan yang sangat mempengaruhi Kahlil Gibran yaitu;

1.   Hala Dakhir
      Pada liburan musim panas kedua di Bisharri, Gibran menegnal keluarga Tannous Asad Hanna Dakhir yang terkemuka di masyarakatnya. Kemudian Gibran jatuh cinta terhadap putri Tannous Asad Hanna Dakhir begitupun dengan Hala Dakhir. Di sebuah hutan dekat biara Mar Sarkis adalah tempat pertemuan rahasia mereka berdua oleh karena hubungan cinta Kahlil Gibran dan Hala dilarang oleh kakak Hala. Hubungan mereka kemudian berakhir dengan perpisahan yang menyedihkan. Dalam Sayap Sayap Patah, Gibran mengenang Hala dengan nama Selma Karamy yang dipaksa menikah dengan keponakan seorang Uskup. Sayap Sayap Patah menetapkan Gibran sebagai seorang pembela hak asasi perempuan Pertama di Timur Tengah.Gibran juga mengutarakan sifat temperamen masa remajanya: "tercabik oleh dua kekuatan". Kekuatan pertama mengangkatnya dan menunjukkan kepadanya keindahan eksistensi lewat mega impian: yang kedua mengikatnya pada bumi dan memenuhi matanya dengan debu serta menguasainya dengan kecemasan dan kegelapan. Dalam The Broken Wings, Gibran dapat meredakan sifat temperamennya ketika hubungan cintanya dimulai dengan Hala Dakhir. 
      (Bushuri dan Joe Jenkins, 2000 : 51)

2. Josephine Preston Peabody
   Seorang penyair wanita yang lembut dan luar biasa cantik ini berusia 24 tahun, berasal dari keluarga ningrat. Josephinelah yang menghibur Gibran ketika Ibunya sakit dan tahun-tahun berduka Gibran ketika meninggalnya. Atas bantuannya lukisan-lukisan Kahlil Gibran memperoleh sambutan hangat dari masyarakat seni dan sekaligus menjadikannya seorang seniman. Josephine menulis puisi pendek yang diberinya judul "Hits Boyhoos" dan kemudian mengubahnya menjadi "The Prophet". Menurut banyak pengamat bahwa benih-benih agung dalam tulisan Kahlil Gibran yang terakhir The Prophet kemungkinan tumbuh ketika berteman dengan wanita lembut ini. (Young, 1927 : 107).

Pada pameran foto Fred Holland Day di Boston Camera Club 1898, adalah pertemuan pertama kali mereka, Kahlil Gibran yang waktu itu berusia 15 tahun dan Josephine berusia 24 tahun. Tiga tahun kemudian, sepulang Kahlil Gibran dari Lebanon mereka semakin dekat. Bagi Josephine, hubungannya dengan pemuda Lebanon ini menggugah imajinasinya dan memberinya wawasan ke dalam wilayah pemikiran baru; sedangkan bagi Kahlil Gibran, Josephine menggerakkan di dalam dirinya perasaan-perasaan kuat di ilhami oleh kecantikannya dan kecemerlangan pikiran-pikiran Josephine. (Brushui dan Joe Jenkins, 2000 : 60-61). 

Pada ulang tahun Josephine yang ke 31 hubungan mereka berakhir.

3.   May Zaidah
     Dia perempuan Palestina, seorang penyair, kritikus sastra, cerdas, dan aktif. Ia banyak menulis tentang beberapa hal dalam bahasa Arab, Inggris, dan Perancis. Dalam diri May Zaidah, Gibran menemukan teman dialog yang seimbang, yang mampu memahami beban batinnya serta mampu memberikan masukan dan dorongan untuk meringankannya. Gibran banyak mencurahkan segala beban dan dan angannya ke dalam surat-surat kepada May, baik tentang kondisi kesehatannya, perasaan-perasaan yang dirudungnya, harapan-harapan yang memenuhi kepalanya, dan kerinduannya akan pertemuan dengan May Zaidah sendiri.
Simbol yang digunakan Gibran untuk mengungkap kedewaan yang hakiki pada diri manusia sekarang juga mulai menjadi simbol cinta abadi kepada May. Dalam surat-suratnya dengan May, Gibran menggunakan kata "rindu" untuk mencerminkan suatu kerinduan spiritual, suatu cinta yang tidak memerlukan kata-kata untuk mengungkapkan dirinya sendiri karena merupakan himne suci yang terdengar lewat kesunyian malam. Cinta semacam itu sulit digambarkan, sekalipun melibatkan unsur Platonik dan Spiritual (Bushrui dan Joe Jenkins, 2000 : 295). 

    Kahlil Giliran dan May, ditakdirkan tidak saling bertemu tetapi semakin dapat menghayati cinta itu dalam hati mereka masing-masing.



Diolah Dari Buku :
Drs. Miftahul Munir, M. Hum. Filsafat Kahlil Gibran - Humanisme Teistik.  Penerbit Paradigma, Yogjakarta. Cetakan 1, 2005.

Posting Komentar untuk "Kisah Cinta Kahlil Gibran"

loading...
loading...



Teh Celup Herbal Bidara Ruqyah

KLIK GAMBAR UNTUK PEMBELIAN/PEMESANAN